KONSEL, Kongkritsultra, com- Di sebuah desa kecil yang dikepung rimbunnya pepohonan dan sejuknya udara pesisir, seorang gadis remaja bernama Vika Juliana (16) menghilang secara misterius. Ia terakhir kali terlihat berjalan menjauh dari rumahnya di Desa Baito, Kecamatan Baito, Kabupaten Konawe Selatan, pada Kamis petang, 17 Juli 2025 pukul 18.30 WITA. Sejak saat itu, waktu terus bergulir tanpa kabar, dan bayangannya tak kunjung kembali ke pelukan keluarga.

Kasus hilangnya Vika tidak lagi sekadar berita biasa di kampung—ia telah menjelma menjadi keresahan kolektif sebuah komunitas yang menolak diam di tengah ketidakpastian. Laporan resmi telah dikeluarkan oleh Kepolisian Sektor Baito, tertuang dalam Surat Keterangan Orang Hilang Nomor: B/1/VII/POLDA SULTRA/POLRES KONSEL/POLSEK BAITO tertanggal 19 Juli 2025. Namun bagi keluarga, terutama Taslian, ayah yang juga pelapor, surat itu hanyalah secarik formalitas yang tak sanggup menghapus kegelisahan yang mendalam.

Vika, yang lahir pada 31 Juni 2009 dan masih duduk di bangku sekolah menengah, dikenal sebagai sosok yang pendiam, penyayang adik, dan jarang keluar rumah kecuali untuk sekolah atau membantu ibunya di dapur. Kepergiannya yang tanpa jejak pun menjadi misteri yang menyisakan banyak tanya. Tidak ada pesan tertinggal, tidak ada pertanda sebelumnya. Ia pergi begitu saja, meninggalkan rumah dalam balutan kaos abu-abu lengan pendek dan celana panjang biru langit—pakaian terakhir yang kini menjadi petunjuk paling konkret dalam pencarian.

Ciri fisik Vika cukup khas: tinggi 154 sentimeter, rambut lurus panjang dengan warna kekuningan di ujungnya, mata hitam pekat, kulit sawo matang, dan tanpa tanda lahir mencolok. Bagi siapa pun yang pernah bertemu dengannya, senyumnya yang sederhana akan mudah diingat.

Pihak kepolisian, sebagaimana disampaikan langsung oleh Kapolsek Baito, Iptu Andi M. Aksa, S.IP., telah melakukan langkah awal investigasi serta koordinasi lintas sektor. Namun, medan desa yang terpencil dan terbatasnya saksi menyulitkan proses pelacakan. Hingga kini, pencarian masih bersandar pada informasi masyarakat. “Kami terbuka terhadap segala bentuk laporan atau petunjuk sekecil apa pun. Prioritas kami adalah menemukan saudari Vika dalam keadaan selamat,” ujar Iptu Andi kepada awak media.

Namun di balik pernyataan resmi, ada rasa mendesak yang tak terkatakan—bahwa setiap detik berarti dalam kasus orang hilang, terlebih remaja perempuan. Psikolog forensik kerap menyebut periode 48–72 jam pertama sebagai waktu emas, ketika harapan masih cukup besar untuk menemukan korban dalam keadaan hidup. Lewat batas itu, spektrum kemungkinan menjadi jauh lebih gelap.

Keluarga Vika pun kini bertahan dalam diam dan doa, menyandarkan harapan pada kekuatan solidaritas sosial. Mereka meminta siapa pun yang melihat sosok dengan ciri-ciri Vika untuk segera menghubungi Taslian di 0821 9611 0966 atau Kantor Polsek Baito di 0812 4333 2916. Selain itu, Hotline 110 juga siap menerima laporan masyarakat.

Dalam riuhnya berita nasional yang penuh dengan politik dan kekuasaan, kisah Vika Juliana adalah pengingat sunyi bahwa keamanan dan keselamatan anak-anak kita, terutama perempuan di daerah pinggiran, masih rawan dan sering luput dari radar perhatian kolektif. Di desa kecil itu, malam kini tak hanya gelap karena ketiadaan cahaya, tapi juga karena hilangnya satu cahaya kecil bernama Vika.

Dan di setiap detik yang berlalu, satu keluarga masih menunggu( Eros)